AJARAN ASTHABRATA pada awalnya merupakan ajaran yang diberikan olah Rama kepada Wibisana. Ajaran tersebut terdapat dalam Serat Rama Jarwa Macapat, tertuang pada pupuh 27 Pankur, jumlah bait 35 buah. Pada dua pupuh sebelumnya diuraikan kekalahan Rahwana dan kesedihan Wibisana. Disebutkan, perkelahian antara Rahwana melawan Rama sangat dahsyat. Seluruh kesaktian Rahwana ditumpahkan dalam perkelahian itu, namun tidak dapat menendingi kesaktian Rama. Ia gugur olah panah Gunawijaya yang dilepaskan Rama. Melihat kekalahan kakaknya, Wibisana segera bersujud di kaki jasad kakaknya dan menangis penuh kesedihan.
Secara rinci Marsono menguraikan masing-masing ajaran dengan memberikan kutipan teks sebagaimana terdapat dalam Serat Rama Jarwa Macapat, Nitisruti dan Ramayana Kakawin Jawa Kuna.
1. Sang Hyang Indra adalah dewa hujan. Ia mempunyai sifat menyediakan apa yang
diperlukandi bumi, memberikan kesejahteraan dan memberi hujan di bumi.
2. Sang Hyang Yama adalah Dewa Kematian. Ia membasmi perbuatan jelek dan jahat tanpa pandang bulu.
3. Sang Hyang Surya adalah Dewa Matahari. Sifatnya pelan, tidak tergesa-gesa, sabar, belas kasih dan bijaksana.
4. Sang Hyang Candra adalah dewa Bulai ia selalu berbuat lembut, ramah dan sabar kepad asiapa saja.
5. Sang Hyang Bayu adalah Dewa Angin. Ia bisa masuk ke mana saja ke seluruh penjuru dunia tanpa kesulitan. Segala perilaku baik atau jelek kasar atau rumit di dunia dapat dikethaui olehnya tanpa yang bersangkutan mengetahuinya. Ia melihat keadaan sekaligus memberikan kesejahteraan yang dilaluinya.
6. Sang Hyang Kuwera adalah Dewa Kekayaan. Sifatnya ulet dalam berusaha mengumpulkan kekayaan guna kesejahteraan warga masyarakatnya. Ia sebagai penyandang dana.
7. Sang Hyang Baruna adalah Dewa Samudera. Sifat Samudera bisa menampung seluruh air sungai dengan segala sesuatu yang ikut mengalir di dalamnya. Namun samudera tidak tumpah. Hynag Batuna seperti samudera bisa menampung apa saja yang jelek ataupun baik. Ia sabar dan berwawasan sangat luas, seluas samudera.
8. Sang Hyang Brama adalh dewa Api . sifat api bisa membakar menghanguskan dan memusnahkan benda apa saja. Ia pun dapat memberikan pelita dalam kegelapan Hyang Brama seperti api bisa membasmi musuh dan segala kejahatan sekaligus bisa menjadi pelita bagi manusia yang sedangdalam keadaan kegelapan.
Prasati Sukabumi yang bernagka tahun 804 M pertama kali ditulis dalam bahasa Jawa Kuna. Bersamaan dengan itu mulailah terjadi budaya penulisan cerita Ramayana dalam bahasa Jawa Kuna.
Prof. DR. Purbacaraka berhasil menyalin dan menterjemahkan naskah Ramayana tertua yang sampai sekarang masih berupa tulisan ketikan. Prof. DR. Marsono menghimbau kepada yang berminat untuk membantu agar naskah itu dapat dicetak hingga dapat dinikmati oleh kalangan lebih luas
Ramayana di India banyak versinya, diantaranya versi walmiki dan Bhattikawya. Yang menjadi sumber penulisan Ramayana Kawin Jawa Kuna adalah Ramayana Bhattikawya (Purbacaraka, 1957), bukan Ramayana Walmiki. Dari India cerita Ramayana ini menyebar ke negara asia lainnya, seperti Indonesia, laos, Kamboja, Birma, thailand dan Filipina. Dimasing-masing tempat dan jaman cerita Ramayana itu diakulturisasikan dengan kebudayaan setempat dan jamannya. Di Indonesia sekarang, cerita Ramayana dipakai sebagai dasar pertunjukan wayang kulit maupun wayang orang serta pentas sendratari Ramayana yang dipentaskan di candi Prambanan
Berbagai buku peninggalan pujangga kita memuat cerita Ramayana, di antaranya Ramayana Kakawin Jawa Kuna (abad ke 9), Serat Rama Jarwa Macapat Jawa Baru oleh Yasadipura II (1882), Serat Nitisruti (1612), Babad Sangkala (abad ke 19), Serat Partawigena (abad ke 19). Teks lakon Wahyu Makutha Rama abad ke 20. Diorama gambar wayang di Museum Purnabakti TMII juga merupakan cerita Ramayana
Arti Hastha Brata adalah delapan laku, watak atau sifat utama yang harus dipegang teguh dan dilaksanakan oleh seorang pemimpin. Delapan watak utama tersebut diambil dari sifat matahari , bulan, bintang, mendung, bumi, lautan (air), api dan angin.
Pertama sifat Matahari. Terang benderang memancarkan sinarnya tiada pernah berhenti. Segalanya diterangi, diberinya sinar cahaya tanpa pandang bulu. Sebagaimana matahari, seorang raja ( pemimpin) harus bisa memberikan pencerahan kepada rakyat, berhati-hati dalam bertindak seperti jalannya matahari yang tidak tergesa-gesa namun pasti dalam memberikan sinar cahayanya kepada semua mahluk tanpa pilih kasih.
Kedua sifat Bulan. Sebagai planet pengiring matahari bulan bersinar dikala gelap malam tiba, dan memberikan suasana tenteram dan teduh. Sebagaimana bulan, seorang pemimpin hendaknya rendah hati, berbudi luhur serta menebarkan suasana tentram kepada rakyat.
Ketiga sifat Bintang. Nun jauh menghiasi langit dimalam hari, menjadi kiblat dan sumber ilmu perbintangan. Seorang pemimpin harus bisa menjadi kiblat kesusilaan, budaya dan tingkah laku serta mempunyai konsep berpikir yang jelas. Bercita-cita tinggi mencapai kemajuan bangsa, teguh, tidak mudah terombang-ambing, bertanggung jawab dan dapat dipercaya.
Keempat sifat Mendung. Seakan-akan menakutkan tetapi kalau sudah berubah menjadi hujan merupakan berkah serta sumber penghidupan bagi semua makluk hidup. Seorang pemimpin harus berwibawa dan menakutkan bagi siapa saja yang berbuat salah dan melanggar peraturan. Kelima sifat Bumi. Sentosa, suci, pemurah memberikan segala kebutuhan yang diperlukan makhluk yang hidup diatasnya. Menjadi tumpuan bagi hidup dan pertumbuhan benih dari seluruh makluk hidup. Sebagaimana bumi, seorang pemimpin seharusnya bersifat sentosa, suci hati, pemurah serta selalu berusaha memperjuangkan kehidupan rakyat yang tergambar dalam tutur kata, tindakan serta tingkah laku sehari-hari.
Keenam sifat Lautan. Luas, tidak pernah menolak apapun yang datang memasukinya, menerima dan menjadi wadah apa saja. Sebagaimana lautan seorang pemimpin hendaknya luas hati dan kesabarannya. Tidak mudah tersinggung bila dikritik, tidak terlena oleh sanjungan dan mampu menampung segala aspirasi rakyat dari golongan maupun suku mana pun serta bersifat pemaaf.
Ketujuh sifat Api. Bersifat panas membara, kalau disulut akan berkobar dan membakar apa saja tanpa pandang bulu, tetapi juga sangat diperlukan dalam kehidupan. Sebagaimana sifat api, seorang pemimpin harus berani menindak siapapun yang bersalah tanpa pilih kasih dengan berpijak kepada kebenaran dan keadilan .
Kedelapan sifat Angin. Meskipun tidak tampak tetapi dapat dirasakan berhembus tanpa henti, merata keseluruh penjuru dan tempat. Demikian juga hendaknya, seorang pemimpin . keberadaannya harus dapat dirasakan dihati rakyat maupun bawahannya, dan tiada henti-hentinya berupaya meningkatkan kesejahteraan hidup rakyat atau bawahannya. Berupaya mengamati sampai kepelosok penjuru untuk mencari tahu segala hal yang berkaitan dengan tugas dan kewajibannya. Dengan demikian tidak ragu-ragu dalam menentukan kebijakan.
porsinya. Maka akan terbentuk individu-individu yang arif bijaksana, penuh pengertian, sabar dan ikhlas, yang wujud nyatanya adalah pengendalian diri. Ketika Hastha Brata kita rujuk kepada hukum-hukum alam, dan secara vertikal kita hadapkan pada Sang Pencipta, maka yang terjadi adalah sebuah kesadaran bahwa semua laku (kegiatan) yang kita lakukan merupakan sebuah ibadah.
Jika seluruh masyarakat Indonesia telah bertindak seperti yang diajarkan Hastha Brata dengan dilandasi keimanan kepada Tuhan yang maha esa sesuai dengan agama yang dipeluknya, maka ambisi, kecurigaan, kebohongan, kesewenang-wenangan, perbenturan kepentingan pribadi dan kelompok, perselisihan serta pertentangan antar Suku, Agama, Ras, dan Antar golongan tidak akan terjadi. Dengan demikian ancaman disintegrasi bangsa tidak akan terjadi.
SANDRA MELLINDA VII B / 34
Tidak ada komentar:
Posting Komentar