Jumat, 30 Juli 2010

Raden Werkudara

Wrekudara adalah nama dari Raden Bratasena setelah dewasa, dengan mengubah pakaiannya dan bergelung yang dihias oleh Betari Durga.
Wrekudara seorang yang sakti dan kuat, senjatanya adalah kukunya sendiri yang bernama Pancanaka. Kuku itu tajam tak terhingga, tajamnya tujuh kali tajamnya pisau cukur. Selain itu, Wrekudara mempunyai kekuatan angin yang mampu membongkar gunung. Ia tak pernah berjalan perlahan. Bila berjalan ia melompat, jauh lompatannya tujuh kali penglihatan gajah.
Wrekudara selalu menjunjung kehormatan Pandawa dan bersemboyan mati satu mati semuanya.
la pernah bertahta jadi raja di Gilingwesi, dan bernama Tuguwasesa. Pada masa Baratayudha ia berperang dengan Duryudana. Pada lakon Sridenta, Raden Wrekudara berperang dengan Prahu Sridenta, seorang raja negeri Jumapala, Raden Wrekudara kalah dibanting oleh Sridenta hingga separuh badannya masuk ke dalam bumi, yang kemudian dapat ditolong oleh Raden Arjuna, dapat dikeluarkan dari bumi.
Pada waktu mudanya, masih bernama Bratasena, ia menikah dengan seorang puteri bernama Dewi Nagagini puteri Hyang Anantaboga, dan berputera Raden Antasena. Waktu puteri itu sedang mengandung ditinggallah oleh Bratasena. Setelah anak itu dewasa, menghadaplah ia pada ramandanya, tetapi tidak diakuinya, diakui juga asalkan dia dapat mengalahkan kekuatan Wrekudara. Disergaplah Wrekudara oleh Antasena hingga tak dapat bergerak, diakuilah kemudian ia putera Wrekudara.

Wrekudara kesatria yang sakti dengan kekuatan angin, tak dapat dilawan. Tetapi sebenarnya kedua puteranya lebih sakti dari padanya, yaitu Antareja dan Gatotkaca. Untuk menanda kesaktiannya kedua putera itu, dilawan dengan perang tanding, perang seseorangan. Wrekudara kalah. Tetapi kekalahan Wrekudara dengan kedua puteranya itu malah membanggakan perasaan Wrekudara yang disebut anak anung, berarti anak yang tersakti.
BENTUK WAYANG
Raden Wrekudara bermata telengan (membelalak), hidung dempak, berkumis dan beryanggut dengan berpupuk di dahi, bersanggul bentuk supit-urang (sepit udang), bersunting waderan dan lain lainnya seperti pakaian Bratasena:
Wrekudara berwanda: 1. Lintang, 2, Lindu, 3. Lindupanon, 4, Bambang, 5. Gurmat, 6. Mimis. Semua karangan Susuhunan Anyakrawati wafat Krapyak.
Sedjarah Wayang Purwa, terbitan Balai Pustaka juga tahun 1965. Disusun oleh Pak Hardjowirogo.

teresa widihapsari 7c / 29
RADEN WREKUDARA
Juli 8, 2008 pada 7:19 pm (Tokoh wayang)
Tags: pandawa, wayang
29 Juli 2010 13:57

Selasa, 27 Juli 2010

Berkesenian

Kesenian daerah... salah satu aspek budaya nasional yang wajib kita jaga, bina, dan kita tumbuhkembangkan.
Mari kita saling berbagi tentang kesenian-kesenian yang ada di sekitar kita. Dengan saling berbagi, semoga wawasan kita tentang kesenian daerah semakin tumbuh dan berkembang, dan warisan leluhur yang telah kita miliki tidak akan pudar oleh arus jaman.